Cerita Persiapan Pernikahan

Cerita Persiapan Pernikahan -- Sharing Pengalaman Menyiapkan Pernikahan, Cerita Persiapan Nikah, Blog Persiapan Acara Pernikahan, Wedding Preparation, Cerita Persiapan Pernikahan Sederhana.

Halo sobat karyaku! Kali ini admin akan membagikan cerita tentang Cerita Persiapan Pernikahan. Apa saja ya yang harus dipersiapkan? Pernikahan seperti apa yang diimpikan? Baca cerpen cinta berikut ini yok!


Hari bahagia telah disepakati. Bismillah, kurang dari tiga bulan kami akan menikah. Kami pun menyepakati akan merancang acara sesederhana mungkin.

"Yang wajib-wajibnya saja, tidak perlu yang mewah." Pesan Ayahku pada kami.

Setelah prosesi lamaran yang mendebarkan itu, kami mulai disibukkan dengan cerita persiapan pernikahan.

Hal pertama yang kau tanyakan adalah mahar. Saat itu aku bingung untuk menyebutkan angka untuk bilangan mahar berupa emas. Tentu aku tidak ingin memberatkan mu.  Ringankanlah!

Aku menerka-nerka, sementara aku tidak tahu berapa budget yang kamu siapkan untuk pernikahan kita. Aku berusaha seoptimal mungkin membeli seperangkat hantaran seperlunya saja. Nanti kalau sudah sah kan bisa minta belikan lagi. Hahaha.

Tidak mau terlalu boros untuk acara ini, kami pun akhirnya menyepakati angka maksimal untuk mahar plus aneka hantaran. Lalu, aku membuat daftar belanjaan serta perkiraan harganya.

"Tidak boleh melebihi dana ya, Dek." Tegas kamu mengingatkan ku.

"Hehehe. Tenang saja, Kak." Jawabku meyakinkan mu.

Aku mengerti. Kita sudah satu pendapat, satu fikiran, uang tabungan yang dengan susah payah kamu kumpulkan, akan lebih bermanfaat untuk kehidupan kita setelah sah.

Selanjutnya mencari tempat untuk pelaksanaan akad dan resepsi. 

Awalnya kami sepakat untuk akad di masjid, tetapi mengingat acara akad dan resepsi dilangsungkan dalam satu hari saja, akhirnya kami memutuskan untuk akad pagi hari di kediamanku. Rumah mempelai wanita.

Untuk resepsi, Ayahku menyarankan agar diadakan di depan rumah saja, mendirikan tenda, menyusun kursi-kursi, menggunakan jalanan lorong perkampungan. Tentu untuk perihal dana juga akan lebih hemat.

Tetapi, aku berfikir dari sisi yang lain.  Nanti malah akan merepotkan banyak pihak dan akan sedikit menyita waktu istirahat Ayah karena harus mengawasi keadaan agar aman dan nyaman.

Lalu kami mencari alternatif lain, survey gedung! Kebetulan, rumahku berada di kawasan suatu kampus islam.  Ada gedung serbaguna yang biasa dipakai untuk pernikahan di setiap akhir pekannya.

Harga sewa gedung serbaguna beserta kursi dan ditambah dengan ruang VIP tidak terlalu jauh dari pemakaian tenda. Beruntungnya, tanggal yang telah kami tentukan sebagai hari bahagia, belum diambil orang. 

"Ini hari libur mbak, hari kamis, bukan weekend. Apa gak bisa pilih hari lain saja?" Tanya petugas gedung.

"Tidak, Pak. Lebih cepat lebih baik." Jawabku agak memaksa.

Mahar, oke.
Gedung, oke.
Lanjut kepada pencarian wedding organizer.

Kami mempersiapkan pernikahan ini satu per satu, mengerjakannya di sela-sela sang kakak menyelesaikan tugas akhir perkuliahan dan mengejar jadwal wisuda.

Targetnya, dapat ijazah lalu ijab sah! Uhuy..

Sewaktu mencari WO, kali pertama WO yang dijumpai adalah yang harganya ternyata mahal. Haduh. kami mundur teratur. Over budget cuy!

Jadi, serupa dengan mahar dan hantaran, untuk persiapan acara akad dan resepsi, kami juga menentukan budget. Pokoknya semuanya gak boleh over budget. 

Lalu Ayukku coba membantu dengan searching di instagram, lalu ketemu dengan sebuah akun WO yang harganya agak lebih murah, bergegas kami menelponnya untuk janjian. 

Sayangnya, belum rezeki, mereka sudah di-booking pengantin lain. Huft. 

"Untung kita belum berangkat, panas, jauh pula tempatnya Kak." Gerutu aku.

Siang itu terik sekali, matahari kian meninggi dan alamat WO-nya menyebrang jembatan dari bagian ilir ke bagian ulu.

Sempat menyerah. Cukup saja untuk hari ini. Kita survey di hari lain lagi.

Tetiba Ayukku mengirimkan gambar paket promo dari suatu WO. Begitu melihat harga promo, aku bersemangat lagi. Wkwkwk.

Langsung saja kami mengirimkan pesan whatsapp ke pemilik WO tersebut. Sebut saja namanya, mba ety. Tidak ingin kecewa lagi, lalu aku to the point menanyakan untuk hari bahagia kami. Apakah masih kosong? Alhamdulillah, masih kosong. 

Tanpa membuang waktu, kami bersegera menuju rumah WO tersebut. 

Terdapat tiga paket. A, B, dan C. Kami pun menyepakati memilih paket B dengan pertimbangan menyewa yang benar-benar diperlukan saja.

Mulai hari itu, aku lebih intens menghubungi mba ety, MUA ku. 

"Mbak, aku maunya make up yang natural aja, gak cukur alis ya, Mbak. Gak pake bulu mata palsu juga ya, Mbak." Pinta ku pada mba ety.

Alhamdulillah kami tidak salah pilih WO, mereka mendahulukan permintaan pelanggan dan hasilnya tetap bagus kok. 

Mempelai wanita tampak bak bidadari dari syurga #eaaa. Mempelai pria tampak gagah mempesona walau agak pucat karena gugup mau baca ijab. Hahaha. Peace, kak..

Balik lagi ke cerita WO. 
Harga promo. Paket lengkap. 
MUA sudah. Dekorasi sudah.  
Lega. Budget aman.

Skala prioritas dalam persiapan acara pernikahan ini, yaitu kami mendahulukan hal yang paling besar pengeluarannya seperti gedung, WO dan satu lagi konsumsi.  Ya, jangan over budget ya hehe.

Konsumsi. Penting banget. 
Pernah ga sih kamu datang ke suatu pesta tetapi ga kebagian makanan dan posisi kamu sedang laper banget karena hari sudah menunjukkan pukul 12 dan kamu belum sarapan? Kesian...

So, untuk konsumsi, aku agak ngotot dikit kepada calon suami. Ini harus enak dan banyak. Soal pemilihan menu juga sempat membuat kami agak 'panas'.

Awalnya, untuk bagian konsumsi, bibi ku  mau menjadi pihak yang bertanggungjawab untuk menyiapkannya. Mulai dari berbelanja, memasak, juga sampai kepada pelayanan pada acara akad dan resepsi nanti. Beliau memang sudah biasa menangani urusan masak memasak untuk hajatan.

Namun, karena ada keluarga nya di desa yang meninggal dunia, alhasil kami bersegera mengambil tindakan. Cari catering!

Lagi, Ayukku menginfokan rekanan kantornya ada yang membuka usaha catering.

Membaca foto pilihan menu beserta detail harganya. Sang kakak mau nya  menu yang biasa saja. Tetapi kami berpendapat ini acara sekali seumur hidup yang akan dikenang para tetamu.  Kami ingin menjamu sebaik mungkin.

Alhasil, kakak sepakat dengan menu yang kami pilih. Sabar ya kak, cukup kok, ga over budget. Wkwkwk.

Di tempat catering, kami berusaha negosiasi untuk mendapatkan bonus-bonus menu dan porsi. Alhamdulillah, tawaran kami berbuah manis.  

"Baik, Mas, Mak, nati di ruang VIP kami akan tambahkan bonus beberapa loyang puding, kemudian pada acara akad, ada tambahan menu sayur dan untuk resepsi, kami akan memasak lebih banyak, lauk pauk nya dilebihkan ya." Janji Ibu catering pada kami. 

Alhamdulillah, rezeki. bersyukur sejauh ini persiapan acara pernikahan ini berjalan lancar.

Setengah dari dana yang disiapkan sudah disisihkan untuk biaya sewa gedung, WO dan catering.  Tetapi persiapan acara pernikahan belum usai.

Dokumentasi juga penting, agar hari bersejarah ini kelak tersimpan rapi dalam gambar yang indah dan video yang mengharukan. Syukurlah aku mempunyai kenalan fotografer. Langsung saja aku meminta rincian paket yang tersedia.

Alhamdulillah kakak fotografer juga bisa memotret pada hari H nanti. Jadwal kosong. Tak lupa minta diskon dong hahaha.

"Wah, ga bisa dek, itu udah harga standar. Kakak tambahin di cetak foto album kolasenya saja ya. Harganya tetap segitu." kata Kak Rian.

"Ya deh, gakpapa. Makasih ya Kak." Balas ku pada Kak Rian.

Hore..dapat bonus lagi. Alhamdulillah dipermudah. 

Pesta resepsi tentu tidak lepas dari hiburan. Pemain musik dan penyanyi juga dari kenalan kantor Ayukku. Lancar dan dibayarin pula hehe. Thanks Ayukku.

Tak lupa pula untuk menyiapakan souvenir. Kami memilih barang yang menurut kami bisa dipakai sehari-hari dan harganya masih terjangkau.

Mahar. Hantaran. Gedung. WO. Catering. Dokumentasi. Hiburan. Souvenir. Oke. Aman.

Selanjutnya untuk pengisi acara, mulai dari MC, ialah tetangga sendiri. Lalu yang membaca al Quran waktu akad adalah adik kandungku, sedangkan giliran temannya yang akan mengaji saat pembukaan resepsi di gedung. Juga ustadz tetangga yang akan menyampaikan khutbah nikah. Pun es krim untuk para tetamu juga dipesan kepada Pak Lek kami. 

Semua dari orang terdekat.

Alhamdulillah persiapan acara pernikahan hampir rampung.

Seiring dengan repotnya persiapan acara pernikahan ini, tak melupakan calon suami untuk mengejar target. Akhirnya, satu bulan sebelum hari pernikahan, sang kakak pun diwisuda. Ini kali kedua aku bertemu dengan keluargamu, setelah hari pertama berjumpa - saat prosesi lamaran yang mendebarkan.

Fix, selanjutnya kita tahu apa yang harus dilakukan.

Mencetak undangan. 

Pihak keluarga sudah lama mendesakku untuk mencetaknya segera setelah desain undangan dirancang. Namun, aku tetap kekeuh pada kemauanku menunggu kabar kepastian wisudamu. 

Ini bukan tentang kesombongan menulis gelar pada nama, aku hanya ingin menjadikannya salah satu bentuk baktiku, berterimakasih kepada orang tua kami yang telah menyekolahkan kami. Mencoba membuka jalan mengharumkan nama mereka. 

Untuk undangan, kami memilih dengan harga murah, bagi kami, hal terpenting dari kartu undangan adalah tersampaikan pesan tentang siapa yang mengundang, kapan dan dimana acaranya. Pembuatan undangan ini juga disponsori oleh Ayuk pertamaku. Hehe. Thankyou, sist.

Menjelang satu bulan lagi menuju hari pernikahan, kami kira semua urusan sudah beres. Namun, kami tidak mengerti tentang satu hal, yang seharusnya disiapkan paling awal. Apa itu?

Mendaftar ke KUA. Bukan lupa, tapi tidak tahu. Maklum, kan belum punya pengalaman. Hehe.

Mendaftar ke KUA, seharusnya dilakukan sebelum mem-booking apapun. Ini terkait penjadwalan bapak penghulu bila kita menikah di luar hari kerja. Jadi, KUA juga butuh di-booking. Hahaha.

"Wah, gimana ini, sudah booking gedung tapi belum daftar disini? Yasudah, kalian resepsi saja, ga perlu ijab kabul. " Canda Bapak penghulu pada kami.

"Yah, jangan gitu la Pak, maaf Pak kami ga mengerti. Ini kami mau nikahnya hari Kamis, Pak, bukan Sabtu atau Minggu, ada lah Pak jadwal kosong." Pintaku saat memastikan jadwal di kantor KUA.

Alhamdulillah bisa. Persyaratan juga masih sempat diurus, sebab calon suami berasal dari kota yang berbeda, sehingga harus mengurus surat pengantar dari desa nya dan seperangkat keperluan administrasi lainnya.

Alhamdulillah, akhirnya semua persiapan acara pernikahan beres meski harus mepet hingga satu minggu sebelum hari H. 

H-1. Aku dikejutkan dengan ponselku berdering, dan itu panggilan darimu.

"Dek, surat pengantar yang dari desa kakak, disimpan Adek ga? Yang formatnya sama dengan surat punya Adek. Itu dipinta juga oleh KUA, ada gak?" Tanya Kakak.

"Ya ampun, kita kira itu gak perlu dikumpul ya Kak? Oke, Adek cari di tas dulu ya, semoga gak kebuang" Jawab ku cemas.

Alhamdulillah suratnya masih lengkap. Segera kakak ke rumah ku mengambil lalu mengantarkan surat itu kembali ke KUA.

Bersyukur, meski hingga detik-detik menuju hari bahagia terdapat sedikit kendala, namun persiapan acara pernikahan ini rampung juga. Bismillah..

Yang ku kenang, setiap kali aku gelisah, aku kebingungan dalam menyiapkan acara pernikahan ini, ku ingat kata-kata tenang dan menenangkan darimu.

***

By the way, ngomongin persiapan nikah, bukan hanya tentang gedung, WO, catering dan lain-lain ya, tetapi juga ilmu. For your information, sebelum persiapan yang heboh seperti cerita di atas, kami juga ikutan kelas pra keluarga loh. Sejenis kelas kuliah beberapa kali pertemuan yang menyajikan materi kehidupan setelah hari akad.

Jadi, kita mesti nyiapin juga ilmunya, doain ya semoga keluarga kita semua menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah warohmah dan penuh berkah aamiin.

Sudah dulu ya sobat karyaku cerita tentang persiapan acara pernikahan ini, semoga bisa menjadi referensi buat kamu calon pengantin yang sedang berbunga-bunga.

Cerita selanjutnya yaitu tentang hari berbahagia. "Cerita Hari Pernikahanku"

Kami menikah. 

Dear kakak, doa mu terkabul, Aku dan Kau menjadi KITA.