Cerita Hari Pernikahanku

Cerita Hari Pernikahanku -- Cerpen Bahagia Hari Pernikahanku, Cerita Bahagia Hari Pernikahanku. Our Wedding Story, Cerita Pernikahan Aku dan Dia, Cerita Pendek Hari Pernikahan.

Halo pembaca setia "karyaku", apa kabar? Semoga selalu berbahagia ya. Terima kasih selalu setia membaca artikel-artikel kami. Kali ini admin akan menceritakan sebuah kisah hari pernikahan. Selamat membaca.


Lima bulan yang lalu ialah kali pertama kau menyapaku. Waktu terus berlalu, ternyata kita tak sekedar hanya bertemu. Kau hadir menyapaku, untuk bertamu. 

Kemudian, kau beranikan diri untuk  menemui Ayahku. Menyampaikan niat untuk mempersuntingku. Kau ingin aku menjadi istrimu, menemani sisa hidupmu, bersamamu, di samping mu, selamanya.

Pertemuan terus berlanjut. Akhirnya kedua keluarga bertemu. Saatnya, prosesi lamaran yang mendebarkan.

Setelah lamaran itu, kau dan aku pun mulai mempersiapkan acara pernikahan

Sejak kau ucapkan niat untuk menikah denganku, sejak hari itu juga kusebut namamu dalam doaku, dalam sholat istikhorohku, untuk meyakini hatiku memilihmu. Semakin mendekati hari bahagia, doaku semakin khusyuk, sujudku semakin panjang. 

Kamis, adalah hari yang kita pilih untuk mengucap janji setia. Hingga Rabu malam pun aku tetap mendirikan sholat sunnah istikhorohku. 

Malam itu, aku tidur pukul 12. Meski keluarga maupun kerabat sudah memintaku untuk tidur lebih awal agar esok harinya aku tampil fit dan segar. Namun, mataku belum mau terpejam.

Hampir pukul 12 malam, aku mulai berbaring di kamar yang sudah dihias, ya kamar pengantin. Malam itu, aku tidur ditemani Ibu dan Adik bungsuku. Perlahan ku pejamkan mata sambil terus melafazkan doa dan zikir hingga aku benar-benar tertidur.

Tak lama terlelap, pukul satu dini hari, aku terbangun kembali. Rasanya aku sudah tidur cukup lama, padahal hanya satu jam. Bergegas ke kamar mandi, aku mengambil air wudhu, menenangkan diri lewat tahajud dan istikhorohku yang panjang. Benarkah ia jodohku?

Bukan aku tak yakin, bukan pula aku ragu, aku terus berdoa agar pernikahan ini  menjadi yang pertama dan terakhir serta diberkahi dan diridhoi Allah bersama pasangan yang dipilih Allah serta memohon kelancaran untuk acara esok.

Lalu aku kembali melanjutkan tidurku hingga menjelang subuh tiba. Usai sholat subuh, aku pun mandi lalu bersiap untuk dirias menjadi pengantin.

Aku gugup. Huft.

***

Hari bahagia tiba. Hari ini kau akan mengucap akad, disaksikan banyak mata manusia bahkan malaikat, betapa bahagianya.

Kau datang beriringan bersama rombongan keluarga besarmu. Dua mobil dan beberapa iringan motor. Lalu berjalan berbaris menuju ke rumahku dengan membawa seperangkat mahar dan hantaran yang sudah dihias cantik bersama kotaknya. 

Dengan pakaian pengantin pria berwarna putih kombinasi silver, kakak terlihat gagah. Sedang aku menanti dalam doa di balik gaun kebaya dengan warna senada dengan mu dari dalam kamarku, ditemani dua sahabatku serta mbak perias. Juga seorang keponakanku yang merengek tak sabar untuk dihias sebagai pengantin kecil.

Pembawa acara mulai memandu acara untuk menyambut kedatangan calon besan, calon mertuaku, calon suamiku. Selamat datang di rumahku. Ibuku mengalungi mu dengan kalung rangkaian bunga melati dan memberikan segelas air putih. Lalu mempersilahkan masuk dan menempati posisi yang telah disiapkan.

Rangkaian acara dimulai dari pembukaan, pembacaan ayat suci Qur'an, lalu sambutan-sambutan. Kemudian memasuki acara inti. Tidak ada acara adat. Semuanya dikonsep sesederhana mungkin.

Kau duduk berhadapan dengan Ayahku. Berjabatan tangan untuk mengucap ijab qobul. Bapak penghulu memimpin sesi ini. Satu kali latihan, dan kalimat yang diubah sedikit oleh Ayah.

Sewaktu kami mengikuti pelatihan di KUA, seminggu sebelum acara akad ini, kakak dilatih mengucap akad. Dan pada hari ini, Ayah meminta untuk tidak menggunakan kata "kawinnya". Ayah memilih hanya mengucapkan "Saya nikahkan (tanpa kawinkan) ......"

Bapak penghulu setuju, kedua pihak sepakat. Hadirin undangan mengiyakan. Akhirnya ijab qobul dimulai.

Bismillaahirrohmaanirrohiim.
Diawali dengan beristighfar dan mengucap kalimat syahadat.
Lalu Ayahku dan kamu memulai ijab dan qobul.
Satu kali kau ucapkan,
Lancar.
Bagaimana saksi?

SAH !!   (^_^)   SAH !!  (^_^)

Alhamdulillaah...
Barokallaahulakuma wa barokah 'alaykuma wa jama'ah baynakuma fii khoiir. Semoga menjadi keluarga sakinah mawaddah wa rohmah penuh berkah. Aamiiin. 

Malaikat turun mendoakan, hadirin juga meng-amin-kan. Dari dalam kamar, aku haru bahagia. Lega.

Sejak Bapak penghulu menuntun sesi ijab qobul, doaku tak putus-putus, kuulang dan kuulang sampai akad usai terucap.
"...Robbanaa hablanaa min azwaa jinaa wa dzurriyyaatinaa qurrota a'yun waaj'alnaa lil muttaqiiynaa imaamaa."

"... Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa."

Aamiiin. Aamiiiin. Aamiiiin.


Lalu aku dipanggil untuk keluar kamar dan menemuimu di depan khalayak tetamu undangan. Aku keluar kamar dengan senyuman sekaligus deg-degan. Ini kali pertama aku melihat wajah-wajah baru, yaitu keluarga besarmu selain keluarga yang kau ajak datang sewaktu melamarku.

Lalu, jantungku semakin berdebar ketika diarahkan oleh Bapak MC untuk duduk di sebelahmu.

"Sambut istrinya, gakpapa, kan sudah sah." Kata MC mengarahkan kamu.

Saat itu kau jadi salah tingkah, muka mu masih tampak pucat, mungkin pengaruh gugup meski akad telah terucap. Hari itu kakak terlihat ganteng. Hahaha.

Aku pun duduk berdampingan denganmu. Memasuki prosesi pemberian mahar pernikahan. Tanganku gemetar ketika harus sujud bersalaman denganmu. Aku tersipu malu. Kau pun kebingungan memegang tanganku. Ini momen pertama bagi kami.

Suasana semakin cair, para tetamu terus menggoda.

"Ayo peganglah, sudah boleh, sudah suami istri, halal, halal."  Ucap para tamu.

Usai pemberian mahar, Bapak penghulu kembali menuntun serangkaian acara administrasi KUA, tandatangan beberapa surat serta pembacaan sighot taqlid oleh suami.

Mulai detik itu, kami sudah sah menjadi pasangan suami istri baik secara agama maupun negara. Kemudian acara dilanjutkan dengan nasihat pernikahan dan sekaligus ditutup dengan pembacaan doa.

Rangkaian acara pagi itu diakhiri dengan acara sungkeman, diiringi dengan bacaan sholawat yang mewarnai perasaan haru bahagia penuh doa. Alhamdulillaah.

Acara akad telah usai, para tetamu dipersilahkan menyantap hidangan yang telah dipersiapkan. Sebagian yang lain memilih untuk mengucapkan selamat dan berfoto bersama pengantin. Turut mendoakan dan berbahagia bersama kami yang sedang berbunga-bunga.

Kakak-kakak fotografer bersiap mengabadikan momen bahagia kami bersama para tamu. Sedang mbak perias sibuk mengingatkan bahwa pukul setengah 10 nanti kami harus bersiap untuk berganti kostum acara resepsi.

Baiklah, selanjutnya kami berdua menuju kamar pengantin. Berfoto berdua saja, deg-degan. Disana kami masih sangat gugup, meski berfoto dipandu fotografer dan kameramen, tetap saja aku gemeteran. Untuk pertama kali, sedekat ini.

Usai sudah prosesi akad dan dokumentasinya, lalu kami bersiap berganti pakaian acara resepsi.  Kami memilih pakaian adat Provinsi Sumatera Selatan yang anggun dengan warna merahnya.

"Mbak, nanti saat ganti baju, kakaknya tunggu di luar aja ya, malu aku mbak." Pesanku kepada mbak perias sewaktu dihias sebelum akad selepas subuh tadi.

"Ah, kamu ini gimana, nanti kan kalo sudah akad kalian sudah sah, masak malu sama suami sendiri." Jawab mbak perias.

"Hahaha. Ya malu la mbak, baru pertama kalinya, belum siap, wkwk." Jawabku malu-malu.

Alhasil, saat aku berganti kostum dan menambah polesan make up yang senada dengan pakaian resepsi, suamiku menunggu di luar kamar sembari sedikit mengisi perut menyantap hidangan yang ada. Tak lama, kakak pun masuk kamar lalu berganti kostum. Terlihat kamu pun malu-malu.

Setelah kami berdua siap dengan kostum resepsi, aku sempatkan membuka handphone yang sedari subuh tadi ku simpan saja di lemari. Sambil sedikit mengunyah gorengan-gorengan, ku lihat banyak juga notifikasi yang masuk. Ucapan selamat, doa, dan beberapa panggilan tak terjawab. Maafkanlah belum sempat dibalas.

Perasaanku masih agak gugup, tapi aku orangnya iseng, ku ajak suamiku untuk ber-selfie. Satu kali klik, simpan. Ini foto selfie pertama kami, berdua. Lucu, senyum malu-malu.

Lalu, ku simpan lagi handphone ke dalam lemari, Kakak Iparku sudah memanggil kami untuk bergegas ke gedung acara resepsi. Mobil sudah disiapkan, rombongan sudah menunggu untuk berangkat bersama beriringan menuju ke gedung serbaguna salah satu kampus islam di kotaku.

Naik dan turun mobil pun posisi kepalaku diatur, menjaga mahkota indah di kepalaku agar tidak tersangkut. Huhu. Gakpapalah, yang penting cantik! Haha.

Sesampainya di gedung, kami memasuki ruang tunggu. Mbak perias kembali melihat-lihat penampilan kami. Merapikan dan menata sebaik mungkin.

Panitia mengarahkan kami dan rombongan untuk berbaris menuju panggung. Keponakanku yang berperan sebagai pengantin kecil, memimpin barisan ini,  dia gadis kecil yang cantik, dan makin cantik dengan pakaian pengantik ciliknya. Dia berjalan di depan aku dan suamiku.

"Hadirin yang kami hormati, marilah kita sambut rombongan pengantin yang berbahagia memasuki singgasananya. Hadiri dimohon berdiri." Ucap MC mengawali acara.

Kami pun berjalan perlahan sepanjang karpet merah menuju panggung dengan terus mengembangkan senyum bahagia. Diiringi dengan musik khas daerah, dan jepretan kamera dari sahabat tamu undangan.

Tak disangka, pada akhirnya aku merasakan duduk di atas panggung seperti ini, menjadi raja dan ratu sehari.

Setelah menduduki singgasana, hehehe, acara diawali dengan sesi foto keluarga. Dua keluarga dipersatukan dalam bingkai pernikahan. Barokallaah.

Kemudian MC membacakan susunan acara dengan dilanjutkan membuka acara bersama-sama melafazkan basmalah.

Bismillaahirrohmaanirrohiim.

Selanjutnya adalah pembacaan ayat suci Quran, lalu kata sambutan oleh tuan rumah, pada acara resepsi ini tidak lagi kami pisahkan antara pihak pengantin pria dengan wanita, karena kami sudah satu. Lalu berfoto bersama.

Kemudian, sambutan lagi dari perwakilan tamu, dan juga berfoto bersama. Selanjutnya diselingi hiburan nyanyian lagu tentang cinta oleh suara penyanyi yang merdu.

Sebelum memasuki penghujung acara, kami meminta MC untuk mengundang beberapa rombongan tamu untuk menaiki panggung dan mengabadikan momen bahagia ini.

Selanjutnya, acara ditutup dengan doa dan santap siang bersama. Penyanyi terus mengiringi akhir acara dengan alunan musik dan suara yang harmonis. Sebagian keluarga dan tamu juga turut menyumbangkan suaranya untuk menghibur semua.

Berbaris panjang para tetamu menuju panggung, satu per satu bersalaman, berpelukan, mengucapkan selamat, mendoakan, ada juga yang menangis haru, ada yang tidak menyangka kenapa bisa secepat ini, hehehe.  Mengingat perkenalan kami begitu singkat.

Teman-teman, sahabat karib, adik tingkat, kawan alias geng main, turut meramaikan panggung dengan aksi foto bersama. Heboh. Seru. Bahagia.

Setelah itu, tim fotografer meminta waktu untuk santap siang, mempersilahkan para tamu untuk melanjutkan barisan ucapan selamat dan untaian doa. Ramai.

Para tetamu sudah pulang, tim fotografer meminta kami untuk kembali bepose. Kali ini benar-benar terasa seperti model. Berapa kali kami berganti gaya, dari berjauhan hingga berdekatan. Canggung.

Ditambah lagi kakiku yang sudah mulai pegal dengan berlama-lama bersepatu agak tinggi ini. Juga leher yang terasa berat. Belum lagi perutku yang mulai lapar sebab sedari pagi aku belum ketemu nasi kecuali sesendok dua sendok yang disuapin Ayukku (kakak perempuan) sebelum ke gedung tadi. Namun harus tetap tersenyum manis agar hasil fotonya bagus.

Saat dirasa cukup, foto dan video yang diambil, kami pun bersiap pulang. Tak terasa ternyata waktu hampir menunjukkan pukul 2 siang.

Usai sudah rangkaian akad dan resepsi hari pernikahanku. Semua berbahagia.

Sepulang di rumah, kami berganti kostum dengan pakaian rumah. Lalu bersih-bersih dan bersiap untuk segera sholat zuhur. Ini kali pertama kamu menjadi imam sholatku.

Lalu, aku yang sudah kelaparan, segera mengambil piring dan mengajakmu makan siang bersama sementara Ibu bersama keluarga dan para tetangga sedang sibuk merapikan makanan yang berlebih. Alhamdulillaah masih bisa berbagi ke pesantren tahfidz dan panti asuhan. Semoga hal ini menjadi keberkahan bagi pernikahan kami, bagi kita semua. Aamiiiin.

Sedang keluargamu beserta rombongan, berpamitan pulang sekaligus izin untuk berangkat kembali ke desa malam nanti. Semoga selamat sampai tujuan dan sampai jumpa bulan depan di acara Ngunduh Mantu. Hehehe.

Alhamdulillaah, selesai juga rangkaian acara pernikahanku.

***

Itulah cerita hari pernikahanku. Senang bisa berbagi kebahagiaan kepada sobat karyaku.

Bagi teman-teman yang mau ikutan berbagi cerita / pengalaman / nasihat dan lain-lain, kami memberikan kesempatan bagi kalian semua. Untuk informasi lebih lengkapnya, silahkan buka artikel ini : Ayo Menulis dan Publikasikan di Blog Karyaku

Terima Kasih (^_^) . Baca cerita berikutnya ya : Perjalanan Honeymoon ke Bandung